Di buku tentang Durga ini, para pemikir dari berbagai disiplin ilmu membahas arti penting dan refleksi pemikiran Hariani Santiko di bidang yang digeluti. Mereka para cendekiawan bidang arkeologi, filologi, sastra, dsb, Opini AdadiKompas
tentang Durga Mahisasuramardini ini. BWCF menyebut pentingnya kajian disertasi ini karena menyajikan data dan analisis mengenai salah satu peninggalan arkeologi kita yang terpenting, tetapi dilupakan dan jarang dibahas: arca-arca Durga.
Setiap tahun BWCF memilih tema untuk memantik diskusi soal gagasan pada antropologi, arkeologi, sastra, seni, hingga religi Indonesia melalui pidato kebudayaan, peluncuran buku, ceramah umum, simposium, dan pertunjukan seni. Seperti pada forum BWCF tahun 2023 yang akan berlangsung pada 23-27 November akan mengusung tema ”Membaca Ulang Pemikiran Prof Dr Edi Sedyawati: Ganesa, Seni Pertunjukan dan Diplomasi Kebudayaan”.
Dengan tema pembahasan yang luas, mulai dari kajian tantra, etnografi ritus komunal, kajian tekstual manuskrip, hingga konsepsi Durga dalam sastra dan perspektifnya dalam kajian budaya dan ekspresi kontemporer, kita diajak menemukan makna praktik budaya yang ada dalam masyarakat Nusantara.Seperti kita ketahui, dalam agama Hindu, Durga adalah istri Dewa Siwa yang juga dikenal dengan nama Uma atau Parwati.
Di Nusantara, Durga juga memiliki beragam aspek wujud. Kurator BWCF 2022, I Gusti Agung Paramita, menyebut, selama lebih kurang 700 tahun, segala produk keagamaan yang berkaitan dengan Durga direpresentasikan dalam bentuk arca, relief, prasasti, hingga kakawin. Di Jawa, arca tertua Durga diperkirakan berasal dari abad VIII, sedangkan yang termuda sekitar abad XV.
Di sisi lain, kajian ini membantu kita memaknai respons kreatif masyarakat Nusantara dalam dialektika kultural yang dihadapinya dalam menerima, menanggapi, mengolah, dan menjadikan budaya luar, seperti India, Tionghoa, Eropa, dan Arab, sebagai bagian kekayaan kulturalnya. Maka, Durga, Uma, dan Parwati pada dasarnya adalah perwujudan dari entitas yang sama. Mereka semua adalah manifestasi aspek-aspek sang batari. Uma atau Parvati merupakan ketenangannya, Durga mewakili kemarahannya, dan Kali sebagai bentuk keganasannya. Konsep ini juga bisa ditemukan dalam novel, tari, dan wayang. Seperti novelkarya YB Mangunwijaya, tokoh utamanya menjalani peran Uma dan Durga, lembut sekaligus kejam .
日本 最新ニュース, 日本 見出し
Similar News:他のニュース ソースから収集した、これに似たニュース記事を読むこともできます。
Mengenal Suku Dani Papua dan 4 Tradisi MerekaSuku Dani di Lembah Baliem. Papua memiliki banyak tradisi unik yang terus dipertahankan hingga sekarang dan menjadi warisan luhur bangsa kita.
続きを読む »
Topan Khanun Mengancam, Warga Korea Utara Diprioritaskan Jaga Gambar Pemimpin MerekaWarga Korea Utara diperintahkan untuk menjaga gambar-gambar pemimpin mereka (dinasti Kim), ketika badai tropis menghantam.
続きを読む »
Manchester United Lepas Kiper Muda Berbakat Mereka ke Jerman - Bola.netKebersamaan Manchester United dan Matej Kovar nampaknya harus berakhir di musim panas ini.
続きを読む »
Lawan PSS Sleman, Pelatih Bhayangkara Presisi: Berat, tapi Kekurangan Mereka Sudah Kami PelajariBhayangkara Presisi Indonesia FC akan melawat ke markas PSS Sleman di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Minggu (13/8).
続きを読む »
Perburuan Striker Inter Milan: Folarin Balogun Yes, Romelu Lukaku Skip! - Bola.netDirektur Inter Milan, Piero Ausilio memberikan update seputar perburuan striker mereka di musim panas ini.
続きを読む »
Warga Terdampak Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Merasa Tak Diperhatikan PemerintahWarga terdampak proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung merasa pemerintah lebih memperhatikan pengguna alih-alih mereka.
続きを読む »