Akulturasi budaya Tionghoa dengan Jawa berkembang cukup pesat di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng).
SOLOPOS.COM - Warak Ngendog, akulturasi budaya asal Kota Semarang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda nasional. — Proses akulturasi yang terjadi di Indonesia, pada awalnya semua berawal dari perdagangan. Begitu juga akulturasi etnis Tionghoa yang berkembang diWilayah Mangkang, Semarang Barat, tepatnya di Desa Ngaliyan menjadi awal mula perkembangan budaya masyarakat Tionghoa di Semarang.
Etnis Tionghoa ini begitu maju di bidang perdagangan, tak heran jika orang Belanda memerlukannya untuk membeli palawijaya di wilayah pedalaman. Bahkan saat itu juga, pemerintah Belanda juga mengangkat seorang Ketua atau Kepala Etnis Tionghoa untuk urusan perdagangan, hingga muncul julukan seperti Lauitenant der Chinesen, Kapten ataupun Mayor. Kapiten der Chinesen yang saat itu begitu ternama adalah Tuan Kwee Kiauw yang merupakan saudagar terkenal, tepatnya pada tahun 1672.
Selanjutnya memasuki abad ke-17, menurut buku yang ditulis warga berkebangsaan Belanda, JH Tops, berjudul, beberapa orang Tionghoa mendatangkan tukang-tukang dari Batavia untuk membangun rumah. Dulunya rumah tersebut hanya terbuat dari bambu dan anyaman, tetapi kemudian berganti menjadi tembok tebal, dengan ujung atap khasnya.e, tempat duduk atau pelana kuda di atapnya.
Saat itulah etnis Tionghoa dan warga pribumi Kota Semarang mulai membaur. Apalagi beberapa lelaki etnis Tionghoa saat itu tidak diperbolehkan untuk membawa serta istri mereka dari China. Maka, dari situlah munculyang merupakan keturunan dari penduduk asli Kota Semarang. Tak heran juga, saat itu beberapa wanita keturunan etnis Tionghoa mulai mengenakan kebaya, konde dan mengunyah kinang layaknya pribumi asli Kota Semarang.
Hal ini juga terjadi demikian pada penerapan bahasa sehari-hari. Banyak kata-kata dari bahasa China yang digunakan untuk pergaulan sehari-hari mereka. Seperti kata-kata cat atau cet berasal dari kata Hokkian
日本 最新ニュース, 日本 見出し
Similar News:他のニュース ソースから収集した、これに似たニュース記事を読むこともできます。
Museum Tionghoa Sukabumi Saksi Bisu Akulturasi Budaya di Tanah SundaSebuah Museum Tionghoa Sukabumi berdiri di antara ruko-ruko Danalaga Square, sebagai bentuk toleransi beragama sekaligus wisata edukasi. Via detik_jabar
続きを読む »
Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta Bisa Dikunjungi Lagi Januari iniPerhelatan Pekan Budaya Tionghoa XVIII 2023 ini diinisiasi 18 paguyuban Tionghoa di Yogyakarta.
続きを読む »
Banjir Semarang Surut, Perjalanan Kereta Lintas Utara Jawa Kembali NormalSeiring dengan surutnya genangan banjir di wilayah Semarang dan sekitarnya, perjalanan kereta api (KA) lintas utara Jawa berangsur kembali normal.
続きを読む »
Menilik Janji Kampanye Ganjar Pranowo untuk Atasi Banjir Semarang dan Jawa TengahSaat Ganjar Pranowo berkampanye Pilgub Jawa Tengah 2018-2023, dia menjanjikan akan melakukan penanganan banjir rob di Semarang secara tuntas.
続きを読む »
Sekolah Penuh Lumpur, Hari Pertama Masuk Sekolah DiliburkanBanjir setinggi 60 sentimeter yang menggenangi SD Negeri 01 Muktiharjo Kidul, Genuk, Semarang, Jawa Tengah.
続きを読む »
Update Banjir di Semarang! Air Mulai Surut, Kapolda: Kendaraan Bisa LewatBerikut update kondisi banjir di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng), berdasarkan pantauan aparat Polda Jateng.
続きを読む »