Dalam pekatnya malam, kapal terus melaju dan tiba-tiba, ”brraaakkk!”. Terdengar suara benturan cukup keras. Kapal tiba-tiba berhenti karena membentur karang. Semua penumpang terdiam. Bayangan buruk bermain di kepala.
Suasana Desa Kolo Bawah di Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, yang berjarak 800 kilometer arah timur Kota Palu, 2011. Desa ini berpenduduk miskin terbanyak di Kecamatan Mamosalato. Warga umumnya bekerja sebagai nelayan. Saat itu, mereka resah karena lepas pantai Tiaka yang menjadi andalan untuk mencari ikan berubah menjadi menjadi lokasi pengeboran minyak.
Lokasi ini bagi warga setempat adalah kerajaan ikan. Jadilah, mereka meradang, bukan hanya karena kehilangan sumber mata pencarian, melainkan juga karena tak mendapat kompensasi. Sebagai gambaran, Mamosalato adalah Kecamatan di Morowali Utara yang berjarak lebih dari 760 kilometer dari Palu, ibu kota Sulawesi Tengah. Adapun jarak Palu dengan Kolonodale lebih dari 400 kilometer.
Syaratnya, saya hanya boleh ikut berlayar. Sesampai di lokasi, saya tak boleh bergabung dengan aparat yang akan melakukan pengamanan. Saya langsung menyetujuinya.Seorang nelayan di Desa Kolo Bawah memperhatikan perahunya yang tertambat di pesisir. Saat itu, pasca-insiden Tiaka pada akhir Agustus 2011, nelayan masih belum berani melaut.
Tak butuh lama, cuaca kian memburuk. Kapal terasa begitu oleng. Sejumlah petugas mulai mual, bahkan kemudian muntah-muntah. Saya menyaksikan mereka bolak-balik ke kamar mandi karena tak tahan dengan goyangan kapal. Setelah lebih dari tiga jam berlayar, suasana berubah menjadi kasak-kusuk. Terdengar pembicaraan bisik-bisik bahwa pelabuhan yang seharusnya menjadi tujuan, sudah terlewat.
Di tengah cuaca yang kian buruk, rasa lapar turut mendera. Sejak pagi saya tak sempat makan. Di kapal juga tak ada makanan. Tentu saja, karena ini kan bukan kapal penumpang. Tak ada juga yang membawa bekal makanan mengingat perjalanan kapal diperkirakan hanya akan memakan waktu 3-4 jam. Cuaca lalu sedikit tenang dibanding sebelumnya, meskipun belum benar-benar normal. Angin dan ombak masih saja terasa kencang. Kawasan perbukitan di pesisir kecamatan Kolonodale, Kabupaten Morowali, tampak terkupas oleh kegiatan penambangan yang merangsek hingga ke bibir pantai, Sulawesi Tengah, Kamis . Penambangan yang mengangkut material mentah yang berkandungan nikel dan bahan tambang lainnya, terjadi di sejumlah titik pesisir kabupaten Morowali.
Akhirnya, setelah sekian lama memberi tanda, ada juga balasan cahaya senter dari kejauhan. Melalui pengeras suara, petugas di kapal meminta beberapa nelayan untuk datang menjemput. Angin masih kencang dan udara sangat dingin. Kami semua menunggu datangnya sampan dengan perasaan cemas.
日本 最新ニュース, 日本 見出し
Similar News:他のニュース ソースから収集した、これに似たニュース記事を読むこともできます。
Intip Upacara HUT RI di Atas Kapal Raksasa PertaminaPT Pertamina International Shipping (PIS) menggelar upacara HUT ke-78 RI di tengah lautan, Kamis (18/8). Upacara berlangsung di kapal FSO Pertamina Abherka.
続きを読む »
Rusia Lepas Tembakan ke Kapal Negara NATO, PD3 Depan Mata?Dinamika perang Rusia-Ukraina kembali memanas. Rusia menembakkan kapal milik negara NATO.
続きを読む »
Begini Cara Pertamina Dorong Ketahanan Energi dari Kapal RaksasaFSO Pertamina Abherka mempercantik diri dengan docking dan upgrading.
続きを読む »
Dua Kapal Nelayan Indonesia Hilang di Perairan AustraliaDua kapal nelayan Indonesia dinyatakan hilang di Australia, setelah diterpa badai topan Ilsa beberapa hari lalu.
続きを読む »